Sugeng Rawuh.....

Saturday, June 16, 2007
MENYAMBUT KONFERENSI NASIONAL PRODUKSI BERSIH 2006
Oleh TIGOR TAMBUNAN

Tanggal 2-3 Agustus 2006 Surabaya akan menjadi tuan rumah
Konferensi Nasional IV Produksi Bersih. Dari susunan acara dan
daftar pembicara yang sudah dipublikasikan, terlihat acara ini
sebenarnya dapat dikategorikan berbobot untuk mendiseminasikan
budaya produksi bersih pada masyarakat industri.
Salah satu acara penting pada konferensi ini yang perlu
dicermati adalah kunjungan setengah hari ke pabrik PT Unilever
Surabaya, sebuah PMA produsen consumer goods di Surabaya. Seingat
penulis, PT Unilever Surabaya adalah satu-satunya perusahaan
berperingkat hijau di Surabaya untuk Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER)
2004/2005.

Kerusakan lingkungan
Propagasi dampak polusi industri di Indonesia umumnya bersifat
lebih "lokal" dibandingkan polusi domestik. Namun, karena
tersangkanya lebih teridentifikasi, kasus-kasus polusi industri
lebih sering diangkat ke permukaan.
Meski demikian, penyelesaiannya belum memuaskan. Sanksi-sanksi
hukum atas kejahatan lingkungan lebih sering dianggap angin lalu
oleh sebagian masyarakat industri kita. Buktinya, pabrik-pabrik
"hitam" masih tetap beroperasi hingga hari ini.
Di Jawa Timur, lebih khusus lagi di Surabaya dan sekitarnya,
hubungan antara aktivitas produksi industri dan kelestarian
lingkungan masih tetap saja jauh, bahkan terasa makin jauh, dari
"hijau", apalagi "emas". Sekadar catatan, emas adalah peringkat
tertinggi untuk PROPER.
Satu contoh adalah makin buruknya kualitas air sungai di
Surabaya. Menurut hasil penelitian, polutan utamanya adalah limbah
produksi yang langsung dibuang ke sungai oleh beberapa perusahaan
tanpa melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Selain contoh itu, masih banyak lagi kasus lain yang menunjukkan
banyaknya pelaku usaha di Jawa Timur yang belum menerapkan konsep
produksi bersih (cleaner production), yaitu konsep produksi yang
ramah lingkungan.

Produksi bersih
Konsep produksi bersih diperkenalkan oleh Program Lingkungan
Hidup PBB (UNEP) sekitar tahun 1989. UNEP mendefinisikan produksi
bersih sebagai serangkaian tindakan pencegahan kerusakan lingkungan
yang bersifat jangka panjang, berkesinambungan, dan terintegrasi
pada keseluruhan tahap proses produksi. Tujuannya untuk mengurangi
risiko yang tidak diinginkan pada manusia dan lingkungan.
Filosofi konsep ini sedikit berbeda dengan konsep eko-efisiensi.
Eko-efisiensi (eco-efficiency) berangkat dari pemahaman tentang
tercapainya kondisi ekonomi yang efisien dan berdampak positif pada
lingkungan. Adapun produksi bersih berawal dari tercapainya sebuah
kondisi lingkungan yang efisien yang berdampak positif terhadap
kondisi ekonomi.
Dalam sebuah perusahaan, produksi bersih dapat dicapai melalui
beberapa langkah, antara lain pembenahan sistem dan perilaku
housekeeping dalam sebuah perusahaan. Bisa pula melakukan perbaikan
sistem pengawasan proses produksi serta penggunaan prinsip-prinsip
daur ulang dan penggunaan ulang (recycling and reuse) komponen
material serta energi.
Langkah lainnya, melakukan perawatan dan modifikasi peralatan
produksi, penggantian bahan baku yang lebih ramah lingkungan, serta
modifikasi produk dan pemanfaatan produk sampingan.
Dengan kata lain, usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencapai produksi bersih sebenarnya sangat bervariasi, tidak hanya
bersifat taktis dan teknis, namun juga bersifat strategis dan
filosofis. Problem seputar IPAL di industri yang bolak-balik
diangkat ke media oleh kawan-kawan pencinta lingkungan sebenarnya
hanyalah sebagian kecil cara teknis untuk mewujudkan produksi bersih.
Dengan mengadopsi konsep produksi bersih secara konsisten dan
berkelanjutan, para pelaku usaha diharapkan akan memiliki status
sebagai green producer yang nantinya diharapkan dapat mendorong
terbentuknya green industry.
Selamat berkonferensi.


Tigor Tambunan
Dosen Jurusan Teknik dan Manajemen Industri
Sekolah Tinggi Teknik Surabaya

KOMPAS Jawa Timur - Rabu, 02 Aug 2006 Halaman: 4 Penulis: Tambunan, Tigor

^_-
 
posted by Anita Eka Puspita at 12:57 AM |


0 Comments: